Contact Person

Djie Herman Wibowo
Suabaya.Indonesia
d.herman.wibowo@gmail.com
0811346283

Minggu, 18 September 2011

Malnutrition

Malnutrition

Malnutrition is a major health problem, especially in developing countries. Water supply, sanitation and hygiene, given their direct impact on infectious disease, especially diarrhoea, are important for preventing malnutrition. Both malnutrition and inadequate water supply and sanitation are linked to poverty. The impact of repeated or persistent diarrhoea on nutrition-related poverty and the effect of malnutrition on susceptibility to infectious diarrhoea are reinforcing elements of the same vicious circle, especially amongst children in developing countries.

The disease and how it affects people

Malnutrition essentially means “bad nourishment”. It concerns not enough as well as too much food, the wrong types of food, and the body's response to a wide range of infections that result in malabsorption of nutrients or the inability to use nutrients properly to maintain health. Clinically, malnutrition is characterized by inadequate or excess intake of protein, energy, and micronutrients such as vitamins, and the frequent infections and disorders that result.
People are malnourished if they are unable to utilize fully the food they eat, for example due to diarrhoea or other illnesses (secondary malnutrition), if they consume too many calories (overnutrition), or if their diet does not provide adequate calories and protein for growth and maintenance (undernutrition or protein-energy malnutrition).
Malnutrition in all its forms increases the risk of disease and early death. Protein-energy malnutrition, for example, plays a major role in half of all under-five deaths each year in developing countries (WHO 2000). Severe forms of malnutrition include marasmus (chronic wasting of fat, muscle and other tissues); cretinism and irreversible brain damage due to iodine deficiency; and blindness and increased risk of infection and death from vitamin A deficiency.
Nutritional status is compromised where people are exposed to high levels of infection due to unsafe and insufficient water supply and inadequate sanitation. In secondary malnutrition, people suffering from diarrhoea will not benefit fully from food because frequent stools prevents adequate absorption of nutrients. Moreover, those who are already experiencing protein-energy malnutrition are more susceptible to, and less able to recover from, infectious diseases.

The cause

Individual nutritional status depends on the interaction between food that is eaten, the overall state of health and the physical environment. Malnutrition is both a medical and a social disorder, often rooted in poverty. Combined with poverty, malnutrition contributes to a downward spiral that is fuelled by an increased burden of disease, stunted development and reduced ability to work. Poor water and sanitation are important determinants in this connection, but sometimes improvements do not benefit the entire population, for example where only the wealthy can afford better drinking-water supplies or where irrigation is used to produce export crops. Civil conflicts and wars, by damaging water infrastructure and contaminating supplies, contribute to increased malnutrition.

Scope of the Problem

Chronic food deficits affect about 792 million people in the world (FAO 2000), including 20% of the population in developing countries. Worldwide, malnutrition affects one in three people and each of its major forms dwarfs most other diseases globally (WHO, 2000). Malnutrition affects all age groups, but it is especially common among the poor and those with inadequate access to health education and to clean water and good sanitation. More than 70% of children with protein-energy malnutrition live in Asia, 26% live in Africa, and 4% in Latin America and the Caribbean (WHO 2000).

Lupus

Penyakit LUPUS adalah penyakit baru yang mematikan setara dengan kanker. Tidak sedikit pengindap penyakit ini tidak tertolong lagi, di dunia terdeteksi penyandang penyakit Lupus mencapai 5 juta orang, lebih dari 100 ribu kasus baru terjadi setiap tahunnya.
Arti kata lupus sendiri dalam bahasa Latin berarti “anjing hutan”. Istilah ini mulai dikenal sekitar satu abad lalu. Awalnya, penderita penyakit ini dikira mempunyai kelainan kulit, berupa kemerahan di sekitar hidung dan pipi . Bercak-bercak merah di bagian wajah dan lengan, panas dan rasa lelah berkepanjangan , rambutnya rontok, persendian kerap bengkak dan timbul sariawan. Penyakit ini tidak hanya menyerang kulit, tetapi juga dapat menyerang hampir seluruh organ yang ada di dalam tubuh.
Gejala-gejala penyakit dikenal sebagai Lupus Eritomatosus Sistemik (LES) alias Lupus. Eritomatosus artinya kemerahan. sedangkan sistemik bermakna menyebar luas keberbagai organ tubuh. Istilahnya disebut LES atau Lupus. Gejala-gejala yang umum dijumpai adalah:
  1. Kulit yang mudah gosong akibat sinar matahari serta timbulnya gangguan pencernaan.
  2. Gejala umumnya penderita sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan, demam dan pegal-pegal. Gejala ini terutama didapatkan pada masa aktif, sedangkan pada masa remisi (nonaktif) menghilang.
  3. Pada kulit, akan muncul ruam merah yang membentang di kedua pipi, mirip kupu-kupu. Kadang disebut (butterfly rash). Namun ruam merah menyerupai cakram bisa muncul di kulit seluruh tubuh, menonjol dan kadang-kadang bersisik. Melihat banyaknya gejala penyakit ini, maka wanita yang sudah terserang dua atau lebih gejala saja, harus dicurigai mengidap Lupus.
  4. Anemia yang diakibatkan oleh sel-sel darah merah yang dihancurkan oleh penyakit LUPUS ini
  5. Rambut yang sering rontok dan rasa lelah yang berlebihan
Dr. Rahmat Gunadi dari Fak. Kedokteran Unpad/RSHS menjelaskan, penyakit lupus adalah penyakit sistem imunitas di mana jaringan dalam tubuh dianggap benda asing. Reaksi sistem imunitas bisa mengenai berbagai sistem organ tubuh seperti jaringan kulit, otot, tulang, ginjal, sistem saraf, sistem kardiovaskuler, paru-paru, lapisan pada paru-paru, hati, sistem pencernaan, mata, otak, maupun pembuluh darah dan sel-sel darah.
“Penyakit ini dapat mengenai semua lapisan masyarakat, 1-5 orang di antara 100.000 penduduk, bersifat genetik, dapat diturunkan. Wanita lebih sering 6-10 kali daripada pria, terutama pada usia 15-40 tahun. Bangsa Afrika dan Asia lebih rentan dibandingkan kulit putih. Dan tentu saja, keluarga Odapus. Timbulnya penyakit ini karena adanya faktor kepekaan dan faktor pencetus yaitu adanya infeksi, pemakaian obat-obatan, terkena paparan sinar matahari, pemakaian pil KB, dan stres,” ujarnya. Penyakit ini justru kebanyakaan diderita wanita usia produktif sampai usia 50 tahun sekalipun ada juga pria yang mengalaminya. Oleh karena itu dianggap diduga penyakit ini berhubungan dengan hormon estrogen.
Pada kehamilan dari perempuan yang menderita lupus, sering diduga berkaitan dengan kehamilan yang menyebabkan abortus, gangguan perkembangan janin atau pun bayi meninggal saat lahir. Tetapi hal yang berkebalikan juga mungkin atau bahkan memperburuk geja LUPUS. Sering dijumpai gejala Lupus muncul sewaktu hamil atau setelah melahirkan.
Tubuh memiliki kekebalan untuk menyerang penyakit dan menjaga tetap sehat. Namun, dalam penyakit ini kekebalan tubuh justru menyerang organ tubuh yang sehat. Penyakit Lupus diduga berkaitan dengan sistem imunologi yang berlebih. Dalam tubuh seseorang terdapat antibodi yang berfungsi menyerang sumber penyakit yang akan masuk dalam tubuh. Uniknya, penyakit Lupus ini antibodi yang terbentuk dalam tubuh muncul berlebihan. Hasilnya, antibodi justru menyerang sel-sel jaringan organ tubuh yang sehat. Kelainan ini disebut autoimunitas . Antibodi yang berlebihan ini, bisa masuk ke seluruh jaringan dengan dua cara yaitu :
Pertama, antibodi aneh ini bisa langsung menyerang jaringan sel tubuh, seperti pada sel-sel darah merah yang menyebabkan selnya akan hancur. Inilah yang mengakibatkan penderitanya kekurangan sel darah merah atau anemia.
Kedua, antibodi bisa bergabung dengan antigen (zat perangsang pembentukan antibodi), membentuk ikatan yang disebut kompleks imun.Gabungan antibodi dan antigen mengalir bersama darah, sampai tersangkut di pembuluh darah kapiler akan menimbulkan peradangan. Dalam keadaan normal, kompleks ini akan dibatasi oleh sel-sel radang (fagosit) Tetapi, dalam keadaan abnormal, kompleks ini tidak dapat dibatasi dengan baik. Malah sel-sel radang tadi bertambah banyak sambil mengeluarkan enzim, yang menimbulkan peradangan di sekitar kompleks. Hasilnya, proses peradangan akan berkepanjangan dan akan merusak organ tubuh dan mengganggu fungsinya. Selanjutnya, hal ini akan terlihat sebagai gejala penyakit. Kalau hal ini terjadi, maka dalam jangka panjang fungsi organ tubuh akan terganggu.
Kesembuhan total dari penyakit ini, tampaknya sulit. Dokter lebih berfokus pada pengobatan yang sifatnya sementara.Lebih difokuskan untuk mencegah meluasnya penyakit dan tidak menyerang organ vital tubuh.

About This Blog

We provide service to build and manage your house of swallow bird nets (kami menyediakan servis untuk membangun atau mengolah rumah sarang burung wale anda)

                                                      OR (atau)


We provide many kinds of swallow bird nets to you(kami menyediakan berbagai sarang burung walet)



Interested with our service?(tertarik dengan layanan kami?)
send an email to d.herman.wibowo@gmail.com